KAMPOENGZAKAT.COM-Tak terasa Bulan Ramadhan akan kembali hadir di tengah-tengah kita. Bagaimana bekal Ramadan tahun ini? Apa saja yang perlu kita persiapkan? Jangan sampai karena tidak siap, Ramadan berlalu tanpa kita memperoleh ampunan dari Allah Ta’ala. Tidak ada kata terlambat, baca artikel berikut selengkapnya untuk mempersiapkan bekal Ramadan kita sebaik-baiknya.
Ramadan adalah bulan yang paling mulia. Rahmat Allah senantiasa akan tercurahkan di dalamnya walaupun tanpa diharapkan. Namun demi meraihnya, seorang muslim harus mengarungi bulan ini dengan hati yang suci dan berbagai amalan saleh.
Agar kita lebih semangat dalam menjalankan puasa dan amal-amal saleh yang menyertainya, Allah Ta’ala memotivasi kita semua dengan firman suci-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah : 183)
Dalam hadits-haditsnya, Rasulullah juga banyak memotivasi para sahabatnya tatkala Ramadan telah mendekat, sebagaimana sabdanya: “Ramadan telah mendatangi kalian, bulan yang penuh berkah, di dalamnya Allah telah mewajibkan atas kalian berpuasa, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka jahim ditutup, dan para pembesar setan dirantai, di dalamnya juga Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang dihalangi dari berbagai kebaikan di dalamnya maka ia telah diharamkan (dari mendapatkan kebaikan)”. (HR. Nasai: 2106, shahih)
Karena tujuan utama puasa ini adalah mewujudkan hakikat taqwa maka sangat pantas bagi seorang muslim membekali diri dalam bulan mulia ini dengan beberapa perkara. Bekal ramadan tersebut diantaranya:
1. Mempelajari Hal-hal Terkait Ramadan
Banyak di antara umat islam yang masih tidak peduli dengan hadirnya bulan yang mulia ini, bahkan tidak sedikit yang tidak mau kembali mengkaji ilmu dan persoalan agama terkait bulan Ramadan beserta amalan puasa dan ibadah lainnya didalamnya. Setidaknya hal ini disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu kejahilan terhadap fadhilah Ramadan dan amal saleh didalamnya, serta adanya hawa nafsu yang lebih cenderung menganggap remeh keberadaan dan kemuliaan bulan ini.
Oleh karena itu, dalam diri setiap muslim perlu ditanamkan ilmu dan kesadaran akan kemuliaan dan keutamaan bulan ini, beserta urgennya amalan saleh yang dikerjakan di dalamnya, dan bahwasanya Islam telah menjadikan bulan ini sebagai bulan yang paling utama dan mulia di antara bulan-bulan lainnya, serta menjadikannya sebagai momen untuk mengevaluasi diri dan meningkatkan amal saleh.
Ibnul-Jauzi rahimahullah berkata: “Tidak ada bulan lain yang sebanding dengan Ramadan, tiada satu umat pun yang diutamakan dengan adanya bulan ini selain umat Islam, didalamnya dosa-dosa terampuni, usaha ibadah terbalaskan… maka muliakanlah siang harinya dengan puasa, dan lewatilah malam-malamnya dengan panjangnya tangisan dan shalat, semoga kalian bisa meraih negeri yang kekal dan negeri keselamatan (surga) beserta memandang wajah Dzat Pemilik Keagungan dan Kemuliaan, dan mendampingi Nabi shallallahu’alaihi wasallam”. (Bustaan Al-Waa’idzhiin: 215).
2. Menjadikan Sya’ban Sebagai Momen Latihan Puasa
Bekal ramadan selanjutnya adalah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali dalam Ramadhan dan saya tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak daripada di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari: 1969, dan Muslim: 1156)
Para ulama mengatakan bahwa diantara alasan beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban adalah: untuk berlatih puasa sehingga terasa mudah menjalani puasa Ramadan.
Puasa Sya’ban ini boleh dilakukan di seluruh bulan Sya’ban kecuali tanggal 30, karena hadits-hadits larangan puasa setelah pertengahan Sya’ban semuanya dhaif. Adapun larangan puasa tanggal 30 Sya’ban maka telah disebutkan dalam hadis shahih: “Janganlah seorang diantara kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali jika seseorang telah terbiasa dengan puasanya, maka hendaknya ia berpuasa pada hari itu” (HR. Bukhari 1914).
3. Mempersiapkan Amal Saleh Terbaik dan Menjauhi Dosa
Allah Ta’ala menganjurkan umat Islam agar mereka membekali diri dengan banyak amal saleh dalam bulan Ramadan ini, sehingga Dia pun mensyariatkan adanya shalat malam (tarawih dan witir) yang dikerjakan dalam malam-malam Ramadan, termasuk pada Lailatul-Qadr, dan memotivasi mereka untuk melaksanakannya.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR Bukhari: 38, dan Muslim: 359). Juga bersabda: “Barangsiapa yang beribadah (shalat) pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah berlalu“. (HR. Bukhari, no. 1901)
Dianjurkan pula untuk mengerjakan amalan-amalan saleh lainnya, semisal: membaca Al-Quran, mengerjakan shalat-shalat sunat, membayar zakat, bersedekah, berzikir, berdoa, membantu orang lain, memberikan makan sahur dan berbuka, i’tikaf, dan ibadah-ibadah lainnya yang memiliki banyak fadhilah. Ibnul-Qayim rahimahullah berkata: “Diantara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bulan Ramadhan adalah memperbanyak amal ibadah… didalamnya beliau memperbanyak sedekah, dan berbuat baik, bacaan Al-Quran, shalat, dzikir, dan i’tikaf, beliau senantiasa mengkhususkan Ramadan dengan ibadah-ibadah yang ia tidak khususkan dalam bulan-bulan lainnya.” (Zaad al-Ma’aad: 2/30).
Sebaliknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan dari amalan-amalan dosa dan tercela sebagaimana dalam sabda Rasulullah: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat dusta, maka Allah tidak peduli ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari: 1903)
Beliau juga bersabda: “Puasa itu adalah benteng, maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, maka janganlah dia berkata rafats (kotor) dan jangan pula bertengkar sambil berteriak.” (HR. Bukhari: 1904 dan Muslim: 1151)
Akhlak yang dilarang dalam hadis ini sangat dilarang oleh islam baik di dalam atau di luar Ramadan, namun larangan tersebut lebih dipertegas lagi bila berada dalam bulan Ramadan. Adapun amalan dosa yang dilakukan didalamnya, maka akan mengurangi pahala puasa, bahkan bisa saja menghapus semua pahala puasa, sebagaimana ucapan sebagian salaf bahwasaya ghibah (menggunjing) dalam bulan puasa bisa menghapus pahala puasa seseorang, sehingga puasanya seakan-akan batal karena tidak menghasilkan pahala apapun. (Lihat: Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 8887-8890)
Tentunya, seorang muslim mesti bertekad untuk menjadikan Ramadan sebagai momen taubat dan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Bila masih ada maksiat yang biasa dilakukan, maka Ramadan adalah waktu yang paling tepat untuk berusaha sekuat hati meninggalkannya, dan kembali bertaubat kepada Allah Ta’ala.
4. Merencanakan Ibadah Terbaik Di Akhir Ramadhan
Bekal ramadan terakhir adalah merencanakan ibadah terbaik pada 10 hari terakhir bulan puasa. Pada hari-hari tersebut, seorang muslim hendaknya meningkatkan aktifitas ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Di antara amalan yang sangat dianjurkan pada saat ini adalah menghabiskan seluruh malamnya dengan munajat dan ibadah kepada Allah, serta mengerjakan ibadah i’tikaf, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa “dahulu beliau melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan.” (HR. Bukhari: 1928, dan Muslim: 1172)
Juga “bahwa bila telah masuk sepuluh terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali pinggangnya (untuk sungguh-sungguh beribadah), menghidupkan malam-malamnya (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya (agar beribadah).” (HR Bukhari: 1920)
Marilah menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai peluang memperbaiki arah kehidupan kita yang buruk menjadi baik, dan yang baik menjadi lebih baik. Semoga kita semua dijadikan sebagai hamba yang tidaklah Ramadan berlalu melainkan nama kita telah disebut sebagai nama yang dibebaskan dari api neraka, dosa-dosa kita telah terampuni, dan kita telah ditakdirkan sebagai penduduk surga. Aamiin…